Stunting di Samarinda Masih Tinggi, Kunjungan ke Posyandu Rendah

Istihani - Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Samarinda. (Foto : Eko Setyo)

Linikaltim.id. SAMARINDA. Angka stunting di Samarinda saat ini masih berada di kisaran 24 persen. Hanya turun satu persen dari tahun sebelumnya.

Angka tersebut dibeberkan Plt Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Samarinda, Istihani.

Bacaan Lainnya

Dia menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 18.039 keluarga dalam kategori berisiko stunting dan menjadi fokus utama intervensi pemerintah.

“Sekitar 3.000 anak yang telah teridentifikasi mengalami stunting. Hanya 30 persen yang bisa ditangani melalui intervensi spesifik. Seperti pemberian obat dan suplemen oleh Dinas Kesehatan. Sisanya, 70 persen penyebab stunting merupakan faktor sensitif yang perlu penanganan oleh berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD),” urai Istihani usai hearing di Kantor DPRD Samarinda pada Kamis (17/4/2025) sore.

Istihani mengatakan, penting juga dukungan aktif masyarakat dalam hal kunjungan ke Posyandu, terutama bagi ibu hamil dan balita.

“Saat ini, partisipasi kunjungan ke posyandu di Samarinda masih rendah, hanya mencapai 60 persen. Jauh di bawah angka ideal seperti di NTB yang mencapai 98 persen,” ungkapnya.

Ditambah lagi, akses terhadap air bersih dan sanitasi layak juga menjadi tantangan besar.

Berdasarkan data yang diterima, sekitar 5.000 keluarga di Kota Tepian belum memiliki akses air bersih dan 500 keluarga tidak memiliki jamban sehat.

Program penyediaan septictank dari Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) dan peningkatan akses air dari PDAM diharapkan bisa mengurangi angka risiko stunting secara signifikan.

Untuk mendukung intervensi ini, DPPKB telah mengusulkan 969 orang Tim Pendamping Keluarga (TPK).

Terdiri dari kader PKK, petugas KB, dan tenaga kesehatan.

Mereka bertugas mendampingi dan memantau perkembangan ibu hamil serta balita secara rutin. Khususnya pada periode emas 1.000 hari pertama kehidupan.

“Mulai dari ibu hamil sampai bayi dua tahun di atas, dari itu, itu sudah dianggap nggak stunting lagi,” kata Istihani.

Istihani juga menegaskan bahwa fokus utama pencegahan stunting ada pada tiga kelompok penting. Yaitu pasangan usia subur, ibu hamil, dan anak usia 0-2 tahun.

Meskipun penurunan belum signifikan, ia tetap optimistis bahwa dengan kerja sama lintas sektor, target eliminasi stunting pada 2025 dapat dicapai. (*)