Sri Puji Astuti : Wacana Jam Malam Bagi Pelajar Harus Dimulai dari Keluarga

Wakil Ketua DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti.

Linikaltim.id. SAMARINDA. Wacana penerapan aturan jam malam bagi anak muda di Samarinda mendapat perhatian dari Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Samarinda, Sri Puji Astuti.

Sri Puji Astuti menilai, sebelum diterapkan secara luas, kebijakan tersebut perlu dikaji secara menyeluruh dan didukung oleh partisipasi aktif dari masyarakat, khususnya para orang tua.

Bacaan Lainnya

“Kalau hanya anak-anak yang dibatasi keluar rumah di atas pukul 21.00, tapi orang tuanya masih keluyuran sampai tengah malam, ya, percuma. Siapa yang mengawasi anak-anak di rumah?,” ujarnya diwawancarai pada Senin (28/7/2025).

Lebih lanjut, perempuan yang akrab disapa Puji ini mengatakan bahwa beberapa wilayah di Samarinda telah menerapkan aturan serupa meski sebatas himbauan.

Dia memberikan contoh Kelurahan Dadi Mulya yang mulai memberikan imbauan kepada anak-anak untuk tidak berada di luar rumah setelah jam 9 malam.

Lebih jauh, Sri Puji menilai efektivitas aturan ini sangat bergantung pada peran serta keluarga. Contohnya, kata Puji, jika anak dilarang bermain ponsel, sementara orang tua asyik dengan gawainya tanpa tujuan penting. Maka pesan moral tidak akan tersampaikan secara baik.

“Anak-anak itu sebenarnya mencontoh dari orang tuanya. Kalau kita ingin membatasi kenakalan remaja, seperti balapan liar yang sering terjadi dini hari, maka jam malam mungkin bisa menjadi solusi. Tapi lagi-lagi, pendekatannya harus dari keluarga,” ujarnya.

Dalam kaitan ini, ia menyinggung pentingnya percepatan pembahasan Rancanngan Peraturan Daerah (Raperda) Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga yang saat ini sedang digodok DPRD.

Menurut politisi Partai Demokrat ini, penguatan ketahanan keluarga akan menjadi dasar untuk mengatasi banyak persoalan sosial, termasuk kenakalan remaja dan kekerasan dalam rumah tangga.

“Kalau ketahanan keluarga kita kuat, maka dampaknya ke mana-mana. Ketahanan ekonomi bagus, ketahanan sosial terjaga, bahkan pangan dan agama juga ikut kuat. Semuanya memang harus kembali ke peran keluarga,” pungkasnya. (adv/dprdsmr)

Pos terkait