Linikaltim.id. SAMARINDA. Kesuksesan Pesta Panen di Desa Budaya Pampang tidak hanya mengangkat semangat tradisi dan ketahanan pangan. Tetapi juga menyingkap satu kebutuhan mendesak. Yaitu fasilitas budaya yang memadai.
Sorotan tajam datang dari Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Samarinda, Viktor Yuan. Dia mendorong agar Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda segera membangun gedung pertunjukan seni di kawasan tersebut.

“Lamin adalah simbol adat Dayak yang harus tetap dijaga. Tapi untuk gelaran budaya berskala besar seperti ini, kita butuh ruang yang lebih representatif,” kata Viktor Yuan, diwawancara usai Festival Budaya Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang, Kamis (10/5/2025) lalu.
Viktor mengataka, bangunan adat yang selama ini menjadi pusat kegiatan budaya di Pampang sudah tidak mampu menampung jumlah penonton. Maupun ragam pertunjukan yang terus berkembang.
Bahkan, menurutnya, potensi Pampang sebagai ikon budaya Samarinda akan sulit dimaksimalkan tanpa dukungan infrastruktur yang kuat.
Gedung pertunjukan yang modern dan tematik, kata Victor, tak hanya akan memperkuat posisi Pampang sebagai pusat kebudayaan Dayak. Tetapi juga memberi ruang bagi regenerasi dan pelestarian seni budaya yang lebih serius dan terstruktur.
“Jangan hanya berhenti di festival tahunan. Kalau ingin Pampang jadi pusat budaya sekaligus destinasi wisata unggulan, ya, harus dibangun fasilitasnya. Mulai dari panggung seni, akses jalan, sampai ornamen budaya yang khas,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa investasi sektor kebudayaan bukanlah pengeluaran sia-sia. Justru sebaliknya, budaya adalah kekuatan ekonomi baru yang belum sepenuhnya digarap.
Event seperti Pesta Panen bisa menjadi pintu masuk bagi pariwisata budaya dan usaha kreatif lokal.
“Ini bukan hanya soal menjaga warisan leluhur, tapi juga soal membuka ruang ekonomi untuk masyarakat sekitar. Seni dan budaya bisa jadi sumber penghidupan, bukan sekadar tontonan,” kata Politikus Partai Demokrat itu.
Lebih jauh, ia mengajak Pemkot Samarinda untuk melihat Desa Pampang sebagai pusat edukasi budaya. Tempat generasi muda bisa belajar langsung mengenai tradisi Dayak yang otentik, bukan hanya dari buku atau museum.
“Kalau kita ingin budaya bertahan, maka kita harus beri panggung yang layak. Bukan hanya secara simbolik. Tapi dalam bentuk nyata. Ada gedung, fasilitas, dan dukungan penuh,” pungkasnya. (adv/her)